Saya suka sekali dengan berbagai masakan dengan bumbu terasi. Sebut saja kangkung terasi, aneka jenis sambal terutama sambal terasi, bumbu urap, ayam bumbu rujak, dan masih banyak lagi masakan yang menggunakan terasi sebagai bumbunya. Terasi adalah bumbu dapur khas Indonesia yang terbuat dari udang rebon yang difermentasi lalu dipanggang sedemikian rupa sehingga menghasilkan pasta atau padatan dengan aroma yang khas.
Karena saya besar di Jawa dimana budaya masakan sehari-harinya menggunakan terasi, maka saya sudah akrab dengan aroma terasi yang tajam itu sejak saya kecil. Terasi yang dioseng bersama bawang-bawangan dan cabai adalah aroma sedap yang menggugah selera menurut saya. Bahkan, kangkung terasi adalah salah satu comford food bagi saya. Setiap kali makan kangkung terasi, rasanya jadi kangen rumah, kangen masakan ibu, dan mengingatkan saya akan kampung halaman saya nun jauh di pelosok Jawa Timur.
Setelah saya menikah, rupanya aroma terasi menimbulkan polemik karena aromanya yang tidak mudah diterima oleh suami saya yang warga asing. Suatu hari setelah saya membuatkan sarapan untuknya, saya masak kangkung terasi untuk makan siang saya nanti. Saat mengoseng irisan bawang, cabai dan terasi, aroma menguar liar ke seluruh penjuru ruangan. Rupanya aroma tajam tersebut membuat suami saya tidak nyaman sampai batuk-batuk. Saya jadi merasa bersalah. Meski suami tak mengatakan apapun, saya tahu diri untuk tidak memasak terasi saat ia sedang di rumah.
Di hari yang lain, suami yang sedang ingin mengambil minuman dingin di lemari es membaui sesuatu yang berbau busuk dan menyengat. Ia mengira ada sayuran atau ikan yang busuk, lalu dikeluarkanlah semua isi lemari es dan mendapati bau busuk itu berasal dari toples kecil berisi terasi, sayangnya ia tak tahu apa itu dan dibukalah tutup toples tersebut. Dalam hitungan detik, ia jackpot. Muntah dan berlari ke kamar mandi seperti dikejar setan. Terasi itu menurutnya berbau busuk, seperti bau kaos kaki, dan sejak saat itu dia mewanti- wanti supaya saya jangan masak terasi. Aduh, gawat!
Rupanya, bukan cuma suami saya yang anti bau terasi. Kebanyakan orang asing non Asia Tenggara yang tidak familiar dengan terasi akan menganggap aroma terasi itu mengganggu. Saya mendapatkan cerita serupa dari seorang kawan yang tinggal di Queensland, Australia. Berikut ini cuplikan cerita yang dibagikan di halaman Facebooknya.
Salah seorang teman dari teman jauh juga pernah cerita pengalamannya saat mengoseng terasi di Perancis. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba pintunya diketuk seorang polisi yang langsung menginterogasi dan memeriksanya. Rupanya, tetangga sebelah memanggil polisi karena mencium ‘aroma mayat’ dari rumahnya, mencurigai suatu hal yang buruk telah terjadi. Padahal itu hanya aroma terasi. Ada-ada saja, terasi goreng kok dibilang aroma mayat!
Saat sedang berkunjung ke Kuala Lumpur sekitar dua tahun yang lalu, keluarga saya diundang makan malam di restoran bebek terkenal di Bangsar eh seorang sahabat baik suami. Saya kira akan makan bebek panggang, nasi hainan dan dimsum. Rupanya ada beberapa menu lain seperti ikan goreng asam manis, ayam goreng, sapi lada hitam, cap cay, dan... kangkung belacan! Sayapun tak menyia-nyiakan kesempatan baik itu karena sudah lama pula tak makan terasi. Oh ya, di Malaysia terasi disebut belacan, jadi menu kangkung belacan itu sejatinya ya kangkung terasi! Betul-betul durian runtuh!
Suami rupanya memperhatikan saya yang sedang asyik menikmati kangkung belacan dan terlihat tidak tertarik dengan bebek dan ikan goreng. Iseng, saya tawarkan sesendok kangkung belacan ke piringnya. Ternyata ia sukses memakannya tanpa komplain. Kembali saya tambahkan sesendok lagi. Tandas. Aha! Saya tambahkan sekaligus 3 sendok ke piringnya tanpa berkata apa-apa. Tak butuh waktu lama dan kangkung belacannya habis juga.
Sekembalinya ke hotel, sayapun tak tahan untuk memberitahunya.
“Papa ingat sayur ijo di restoran tadi? Enak tidak?” Satu-satunya sayur berwarna ijo royo-royo ya kangkung belacan karena sayur cap cay lebih berwarna warni.
“Lumayan.” Jawabnya singkat.
“Tahu tidak, itu tadi namanya kangkung belacan. Belacan is terasi.” Saya girang.
“What? Kok tidak kasih tahu?” Ia menyadari ada yang salah.
“Because you ate a lot! I thought you enjoy it!” Saya meledek.
“I thought I smell something quite familiar but didn’t remember what it was.”
“But you enjoy it, riiiiiight???!” Saya merepet.
Suami saya hanya tertawa. Saya sudah siap jika kemungkinan terburuk ia jackpot lagi, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Sampai besoknya, ia baik-baik saja.
Sejak saat itu, saya diperbolehkan masak terasi. Asalkan suami sedang tidak di rumah. Yeay!!!
0 komentar