“Kapan lanjutan Hotelicious terbit?”
Pertanyaan yang sungguh amat susah saya jawab. Hotelicious terbit pertengahan tahun 2013, sedangkan tak lama setelahnya saya bertunangan dan menikah. Saya sibuk bekerja di hotel dan menjalani peran baru saya sebagai seorang istri. Setahun kemudian saya hamil lalu melahirkan, otomatis saya semakin sibuk dan hari demi hari saya lalui dengan lelah karena kurang tidur. Betapa 6 bulan pertama yang maha berat. Hal-hal tersebut membuat saya semakin jarang menulis bahkan tak memiliki waktu yang cukup untuk membaca. Demikianlah jawaban saya setiap kali ada yang bertanya mengapa lanjutan Hotelicious tidak kunjung terbit. Tapi sebenarnya, itu semua hanyalah alasan saya semata. Yang sesungguhnya terjadi adalah, saya mengalami writer’s block.
Writer’s block adalah suatu keadaan dimana penulis merasa blank, kehabisan ide, dan kesulitan memaparkan ide ke dalam bentuk tulisan. Saya sendiri mengalami ini selama 7 tahun. Ya, ya, saya akui saya malas dan merasa kehabisan ide karena toh sejak hamil saya memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel sehingga tidak ada bahan untuk ditulis. Sejujurnya, saya sangat menyesal karena sudah menyia-nyiakan waktu selama itu dengan tidak mencoba menulis, tapi penyesalan tak akan membawa waktu yang hilang itu kembali. Dan karena itulah, saya mencoba berusaha bangkit dan menulis lagi.
Setelah saya aktif menulis kembali, sepanjang tahun ini saya sudah menulis kurang lebih 40 post (ada beberapa yang tidak saya publikasikan dengan beberapa pertimbangan). Sejujurnya ini adalah rekor menulis secara konsisten setiap hari paling lama dalam sejarah blog saya. Dulu-dulu saya hanya menulis jika sedang ada ide untuk ditulis. Kadang seminggu sekali, kadang sebulan sekali, atau bahkan hanya beberapa kali setahun. Mood saya saat itu juga sangat mempengaruhi kualitas tulisan saya. Seringkali dengan alasan sedang tidak mood, bahan tulisan yang baguspun tidak berhasil menjadi sebuah tulisan.
Apakah sampai sekarang masih mengalami writer’s blog? Tentu saja masih, tapi kini saya selalu mencoba mengatasinya dengan beberapa kiat berikut:
1. Banyak Membaca
Bagi seorang penulis, rasa-rasanya membaca adalah harga mati dan modal dasar yang benar-benar tidak bisa ditawar lagi. Dengan membaca, tak hanya ide yang bisa didapatkan, namun secara tidak langsung juga belajar memahami susunan kata dan kalimat dalam sebuah tulisan. Jika sedang ngeblank tidak tahu akan menulis apa, biasanya saya membaca lebih banyak. Tak perlu menetapkan target harus baca buku yang sesuai dengan bidang anda. Mulailah saja dari buku yang anda sukai. Bisa buku apa saja, yang penting menarik minat anda intuk membacanya. Saya sendiri belajar menulis karena terkesan dengan tulisan-tulisan dalam buku The Naked Traveler karya Trinity, padahal topik buku Trinity tidak ada kaitannya dengan buku yang berhasil saya terbitkan. Tapi begitulah, dengan membaca, saya mendapatkan ide untuk menulis. Kisah selengkapnya mengenai buku Trinity yang mengubah hidup saya bisa dibaca di sini.
2. Peka Mengamati Sekitar.
Pernah membaca komen di medsos yang mengomentari video seorang Youtuber, “Dikit dikit konten, dikit dikit konten!” saking enegnya commenter karena Youtuber ini apa-apa selalu dijadikan konten. Menurut saya, justru Youtuber tersebut sangat peka karena bisa menangkap peluang dan ide untuk membuat konten, terlepas konten itu bermuatan positif atau negatif. Penulispun tidak berbeda seperti Youtuber tadi. Cobalah lebih peka melihat sekeliling, ternyata banyak sekali ide yang bisa dikembangkan menjadi konten tulisan.
3. Rajin berlatih, jangan malas.
Sebetulnya inilah yang saya rasa paling berat. Menulis adalah sebuah proses kreatif terlepas itu menulis fiksi atau non fiksi. Bakat menulis itu memang ada namun tidak akan berkembang tanpa latihan yang memadai. Kabar baiknya, untuk bisa menulis tidak diperlukan bakat khusus. Yang diperlukan adalah rajin membaca dan rajin menulis. Dengan latihan rutin, kualitas tulisan akan menjadi semakin baik.
4. Membuat draft.
Saya sering sekali mendapatkan ide atau bahan untuk menulis di saat yang kurang tepat, seperti saat sedang sibuk bekerja, saat sedang berkendara, atau saat sedang berbelanja. Yang saya lakukan adalah menuliskan ide tersebut di mana saja, di note handphone, di kertas bon, bahkan di atas tisu. Setidaknya saya ingin menyimpan bahannya dulu. Saat sudah di rumah atau ada akses untuk mengembangkan tulisan, saya langsung menuliskannya secepat dan sebanyak mungkin. Jangan terlalu mempedulikan tanda baca atau kalimat yang kurang pas, karena bisa diperbaiki nanti saat proses editing. Yang penting, idenya ada dulu dan kerangka tulisan sudah terbentuk.
5. Editing.
Proses editing dalam tulisan artinya membaca kembali tulisan anda beberapa kali dan mengedit atau memperbaiki tulisan anda. Proses ini sangat penting, karena dengan editing nantinya kita akan menemukan kesalahan-kesalahan baik tanda baca atau struktur kalimat yang kurang pas. Jangan malas melakukan editing, karena pertama, jika anda saja malas membaca tulisan anda sendiri, jangan berharap orang lain akan membaca tulisan anda. Kedua, saat melakukan editing, kadangkala ada ide tulisan lain yang muncul, atau ide untuk mengembangkan lebih jauh tulisan yang sudah ada.
6. Konsisten menulis setiap hari.
Menulis adalah sebuah ketrampilan yang tidak bisa didapatkan secara instan. Menulis itu harus dilatih setiap hari secara konsisten dan disiplin. Bagi saya, proses untuk bisa menulis itu sama dengan proses orang yang sedang berdiet atau latihan seorang body builder. Tiada hari tanpa usaha. Dan usaha itu harus dilatih sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan itu jika dilakukan secara rutin setiap hari secara teratur dalam jangka waktu tertentu sehingga lama-kelamaan akan tercapai tujuan yang diharapkan.
Saya sendiri sedang berusaha untuk berproses. Tujuan saya masih sangat jauh, namun saya sangat optimis saya akan bisa mencapainya asalkan saya berlatih setiap hari.
Writer’s block is not the problem. Not writing, that’s the problem. (Unknown)
0 komentar