Sebagai
seorang hotel staff biasa, saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
salah dan dosa (Eiiitttsss… apaan seh?!) Karena selama ini saya selalu jaim
(jaga imej), berusaha menunjukkan ke publik bahwa saya adalah seorang hotel
staff yang baik, namun, sebagaimana manusia biasa, kadang-kadang saya juga
berbuat suatu hal yang memalukan.
Sudah tahu malu, masih diposting
juga…
Saya
suka berbagi. Terutama berbagi pengalaman di hotel. Yah, namanya juga
pengalaman, tak selamanya baik. Ada yang kurang baik, ada yang tidak baik. Ada
yang menggelikan, memalukan, bahkan menjijikkan. Seperti kata pepatah, “Experience is the best teacher”, saya
merasa bangga jika pengalaman saya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Cie…
kok saya jadi sok bijak gini, ya?
Well,
balik ke topik utama. Kejadian pertama, terjadi sekitar 5 tahun lalu, saat saya
masih training di The Grand Beach Resort. Suatu hari selepas shift saya
selesai, saya langsung ngibrit ke parkiran mencari motor saya diantara ratusan
motor lainnya. Saya ingat sekali, saat saya
datang saya parkir motor di sisi sebelah timur agak ke pinggir supaya
gampang ngambilnya pas pulang. Ketika pulang, motor saya sudah tidak berada di
sana karena mungkin sudah dipindahin sama bapak-bapak security yang berjaga
karena saya parkirnya tidak bagus (maklum, saya bisa naik motor juga barusan,
apalagi parkir!). Sayapun celingak celinguk nyari motor saya sekalian
mencocokkan plat nomor. Satu-satunya clue yang paling gampang adalah mencari
plat nomor. Dari ratusan motor, mungkin hanya motor saya yang berplat AG,
karena selebihnya DK semua. Warna bisa menipu, karena jenis motor saya ini
termasuk motor segala umat, yang warnanya juga pasaran sekali.
Pas
lagi sibuk-sibuknya tengok kiri kanan kaya orang dongo nyari sepeda motor, saya
melihat seorang cewek bule lagi gendong anak, celingak celinguk juga di ujung
parkiran. Refleks, saya mendekati cewek itu dan spontan bertanya,
“Excuse me, Maam. Where would you
like to go? Maybe I can help you?”
Ebuset!
Keren banget gak sih saya, pake nawarin bantuan segala. Gak rugi deh The Grand
Beach menghire saya sebagai trainee (sampai sini kalau ada yang mau muntah,
silahkan).
“No, Thanks.
“ Jawabnya pendek. Tapi dia masih berdiri di situ dan celingak celinguk.
Heran.
Ini orang, sudah tahu kesasar malah gak mau dibantu. Saya masih belum menyerah.
“But this is a staff park area,
Maam. May I know your room number so maybe I can escort you there?”
Kalau
pak FOM saya ngelihat ini, pasti saya langsung dijadiin staff teladan, saya
membatin dalam hati.
“No. But thank you very much for
your nice offer.” Katanya lagi.
Ya
sudahlah. Saya mau beranjak. Tapi belum ssempat melangkah, Justin, EAM (Executive Assistant Manager) saya tiba-tiba sudah
berada tepat di belakang saya,
“Thank you for your very good
approach. This is my wife.” Katanya dan langsung menggendong
anak kecil yang tadinya dibawa si cewek bule.
Saya
langsung ngeh. Langsung salting, lalu buru-buru ngibrit ke salah satu motor
berwarna violet-pink yang saya kira
motor saya dan menstarter motor saya. Sial! Ini motor juga kenapa gak mau
nyala, ya?
“Mbak
Anna, motornya di sini.” Salah seorang security tiba-tiba sedikit berteriak
dari ujung parkiran sebelah barat. Saya makin kikuk. Situasi yang benar-benar
absurd.
“Kok
Bapak tahu motor saya? Saya aja nyari-nyari dari tadi gak ketemu.”
“Plat
AG cuma ada satu, mbak.” Katanya lagi.
Saya
nyengir asem se-asem-asemnya. Saya yakin Justin pasti nahan tawa sampai
kepingin kentut saking takjubnya melihat kedodolan saya.
Kejadian
memalukan selanjutnya terjadi suatu
siang di afternoon briefing. Lima
menit sebelum briefing waktu kerja saya sudah molor 15 menit, karena saya
sedang menunggu rekan yang lain berkumpul, saya sempatkan melirik handphone sebentar dan mengecek barangkali ada pesan yang masuk.
Belum juga sempat, seorang bellman masuk dan memanggil saya karena ada tamu
yang check in di depan. Saya buru-buru ngibrit dan meninggalkan handphone saya
di meja operator yang saat itu sedang tak berpenghuni.
Briefingpun
dimulai. Rupanya hari itu banyak juga pendingan pekerjaan yang harus
disampaikan dari shift pagi ke shift siang sehingga acara briefing jadi agak
lama. Sedang serius-seriusnya hand over, tiba-tiba handphone FOM saya berbunyi.
Iya, FOM yang konyol itu. Siapa lagi,
coba?
Dia
otomatis ngecek handphone dan dengan lantangnya bilang,
“Honey, have a nice day..”
Penting
banget gak sih. Ngomong kaya gitu keras-keras di afternoon briefing! Saya
membatin dalam hati.
Babe
(demikian saya biasa memanggil FOM saya) tiba-tiba menoleh ke arah saya.
Haizzz… apa dia tahu apa yang ada di pikiran saya, ya?
Satu
detik. Dia masih ngelihatin saya.
Dua
detik. Masih sama.
Tiga
detik.
Tiba-tiba
saya menyadari sesuatu. Handphone saya! Saya buru-buru ngibrit ke meja operator
dan handphone saya tidak ada di sana. Hwaaaaaa….!!!! Ternyata tadi dia ambil
handphone saya, baca pesannya trus handphone saya diumpetin dan sekarang dia
ngebacain pesan dari pacar saya ke semua orang! Keterlaluan!!!
Rasanya
memang manager saya yang satu ini paling suka iseng. Lain waktu, sembari
menunggu jam pulang, saya menyempatkan menelepon pacar via VOIP mumpung wifi di
kantor lagi kenceng-kencengnya karena jam segitu jarang ada yang pakai. Lagi
enak-enaknya teleponan, babe lagi-lagi kumat isengnya. Pura-pura nelpon
seseorang dan bahasa itu loh… LUEBAY pakai banget! Sampai cicak yang lagi asyik
lari-lari di dinding aja bias jatuh ke lantai gara-gara denger omongannya dia. Lah, bukannya ini lebay juga?Ooopss!
“OK,
OK? Berapa? 500 juta? Siap.. siap… uang segitu mah buat saya kecil…” Katanya
nyombong.
Saya
berusaha gak denger, mencoba berkonsentrasi untuk tetap ngobrol sama ayang yang
di seberang. But what the hell, bukan babe saya namanya kalau isengnya
berhenti.
“Yes Honey, I love you soooo much,
you know. Don’t worry I’ll be OK here.” Katanya lagi dengan
aksen lebaynya yang khas, mirip di sinetron-sinetron di TV. Hhhh…
Kejadian
memalukan yang terakhir, terjadi belum lama ini, saat saya harus closing
cashier dan mengerjakannya sendirian di back office. Karena hari sabtu,
orang-orang management sudah pada pulang sejak jam 3. Kantor sedikit agak gelap
dan sepi karena tidak ada orang sama sekali, sedangkan kantor di lantai 2
tempat orang managemen dan kantor GM malah sudah gelap gulita. Entah mengapa
tiba-tiba saya terbayang film horror, dan flashback cerita beberapa teman
tentang kursi yang bias jalan sendiri di lantai 2 itu tiba-tiba membuat saya
ngeri. Sialnya, laporan saya hari itu lumayan banyak dan membutuhkan minimal 15
menit untuk mengerjakannya, belum termasuk menghitung uang housebank dan menulis
di log book beberapa hal yang perlu difollow up oleh shift selanjutnya. Mengerjakan
di depan artinya saya harus siap jika tiba-tiba ada tamu yang tanya ini itu,
booking ini itu dan complain ini itu. Taka da pilihan, saya sendirian di
belakang mengerjakan laporan, dan supaya rasa takut sedikit hilang, saya pasang
earphone dan mengerjakan laporan sambil mendengarkan musik. Yang saya putar
saat itu, tentu saja, lagu andalan Christina
Perri berjudul Jar of Heart.
And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?
Dasar
latah, bagian favorit saya ini mau tidak mau membuat saya ikut-ikutan
menyanyikan lirik itu. Belum puas, saya sampai replay karena dalam satu putaran lagu, report saya belum juga
selesai.
Tiba-tiba
seseorang ikut-iktan nyanyi di belakang saya dengan suara yang nge-bass abis..
“And who do you think you are..”
Sayapun
reflex menoleh dan langsung kepingin pingsan melihat siapa yang ada di sana.
Pak GM! Saya ulang yah biar lebih heboh.
Pak GM bro! Beliaupun cekikikan melihat saya yang masih syok. Saya baru sadar
bahwa pak GM sedari tadi belum pulang dan masih bertapa di kantornya yang
terlihat gelap dari bawah. Benar-benar memalukan. Berarti beliau sedari tadi
mendengarkan suara saya yang mirip kaleng rombeng cempreng ini. Ya ampun…