Bicara mengenai eksotika, saya kira tiap orang memiliki selera eksotik yang berbeda-beda. Kata eksotik itu sendiri bagi saya yang unsophisticated ini bisa berarti unik atau khas. Atau, something yang langka, indah natural atau apa lah pokoknya eksotik! (*frustasi deh saya karena gak ngerti jelasinnya gimana). Kalau anda kebetulan fans Trinity (author buku perjalanan bombastis: The naked Traveler), pasti anda juga pernah dibikin ngakak dengan ceritanya mengenai eksotisme pohon pisang. Iya, pohon pisang yang biasa kita lihat di pekarangan rumah (orang) itu buat beberapa orang di suatu negara antah berantah sana dianggap eksotis dan merupakan salah satu obyek pariwisata.
Sewaktu di Bali, saya sempat main petak umpet sama seorang bule segede kulkas gara-garanya si bule pingin pegang tangan saya. “I like your skin color. Yours exotic!”. Saya juga bingung kenapa kulit item gini dibilang eksotik. Padahal tiap hari aslinya saya pakai lotion pemutih, berharap kulit saya bisa (sedikit) lebih cerah. Ehh.. mereka yang berkulit putih malahan bela-belain jauh-jauh datang dari negaranya buat jemuran! Katanya sih, kulitnya yang tanned alias gosong bekas dijemur itu mau dipamer-pamerin ntar kalo mereka pulang ke negaranya. Sekali lagi, demi sebuah eksotika, atau kata lain gosongtika. (Ckckckck… iya saya tahu, itu kata baru dan tidak nyambung sama sekali!)
Di Bali juga, saya yang kebetulan berkesempatan main di Ubud dan me-research beberapa resort mewah yang ada disana, dibuat takjub dengan selera pasar mereka. Bayangin, jauh-jauh dari benua nun jauh di utara, bayar hingga ribuan dolar semalem, dapatnya Cuma tidur di rumah mirip pondok beratap rumbia di tengah sawah! Ketika saya iseng tanya ke salesnya mengapa konsepnya dibikin ‘ndeso’ begitu? Jawabannya lagi-lagi karena pasar mereka menginginkan sesuatu yang eksotis. Lah, kalau begitu, eksotis = ndeso???
Yang paling aneh, adalah saat saya dicurhatin seorang teman saya yang seorang driver mobil hotel. Ceritanya, pak driver ini mengantarkan seorang turis yang mau jalan-jalan ke beberapa obyek wisata yang ada di Surabaya. Sebelum berangkat, si bule berpesan menggunakan keyword andalan, ‘I want to see something exotic here’. Dan singkat cerita, dibawalah bule tersebut ke museum kapal selam, musium rokok, plaza-plaza terkenal, ke pantai, pasar tradisional, hingga jembatan Suramadu. Tapi si bule sama sekali tidak tertarik. Katanya, obyek beginian sih banyak di Negaranya sono. Si bule yang kebetulan seorang photografer terlihat frustasi karena belum menemukan hal ‘eksotik’ yang diinginkannya. Bayangin, keliling kota 4 jam di tengah macet dan tidak mendapatkan inspirasi sama sekali. Bete pastinya. Si supir yang ketularan bête, akhirnya memutuskan untuk balik pulang ke hotel saja. Di tengah perjalanan, saat pak driver melewati sebuat jembatan paling macet di Surabaya, eh ladalah si bule tiba-tiba minta stop. Pak driver yang kaget, langsung minggirin mobilnya. Mulanya dikiranya si bule kebelet pipis and mau pipis di sungai (iiiiihhh.. gak banget deh ya!), eeehh.. ternyata si bule malah ngambil kameranya dan terlihat sibuk memotret ke arah sungai. Eh, dia bukan motret sungai loh, tapi… motret sebaris anak anak yang berjejer di pinggiran kali dan mereka lagi (maaf) eek bareng. Yippiiiiiii…!!! Si bule girang bukan main mendapatkan apa yang dia inginkan. Dari sini saya makin bingung. Jadi, eksotis itu = eek????
Hueeekkkkkkkk!!!!!!!!!!!!
*)P.s: Seandainya semua turis yang datang ke Surabaya maunya yang eksotik- eksotik, tentu pemerintah akan membuat obyek wisata baru : nonton orang eek masal di kali XXX. masalahnya, siapa ya yang mau jadi obyeknya??? hahahaha.....
*)P.s: Seandainya semua turis yang datang ke Surabaya maunya yang eksotik- eksotik, tentu pemerintah akan membuat obyek wisata baru : nonton orang eek masal di kali XXX. masalahnya, siapa ya yang mau jadi obyeknya??? hahahaha.....
0 komentar