Seumur-umur saya gak kenal NBA, atau dunia per-basket-an. Saat masih SMU, nilai olahraga saya selalu dibawah 7 karena saya paling malas berolahraga, dan juga tak mau tahu tentang olahraga. Jadi, dari SMU, saya tak kenal basket. Meskipun dulu pacar saya (ehm ehm..!) mantan pemain basket yang cukup disegani di sekolah, tak membuat saya menjadi tertarik untuk tahu lebih dalam mengenai basket.
Beberapa waktu yang lalu, hotel kedatangan seorang tamu VVIP, seorang atlet basket dunia. Saya, yang bukan penggila basket, adem ayem saja meski hotel sibuknya luar biasa menghadapi tamu yang satu ini. – saya sempat cerita kepada seorang teman bahwa ada tamu VVIP atlet basket dunia menginap di hotel saya dan teman tersebut jingkrak-jingkrak tidak karuan dan menodong saya untuk mendapatkan foto idolanya tersebut-- Haruskah saya bangga? Orang lain bilang saya beruntung karena bisa bertatap muka secara langsung, foto-foto bahkan mengobrol dengan atlet ini- tapi bagi saya tidak. You know what?
Saya yang harus incharge middle shift malam itu terpaksa harus extend hampir 1 jam karena RDM menugasi saya menjadi greeter yang akan mengalungkan bunga untuk tamu VVIP ini. Informasi terakhir, sang bintang akan segera sampai dalam 10 menit. Dan selama itu juga saya bersiap-siap membawa kalungan bunga dan sempat mengobrol dengan beberapa staff lain. Seperti biasa, sekuriti yang aduh deh resenya, lagi-lagi merese’i saya.
“ Ntar mbak ngalungin bunganya sambil lompat ya Mbak, pemain basket kan biasanya tinggi-tinggi tuh. Mbak kan kuntet. Tar gak nyampek loohh…” tuh kan, bikin panas ati.
Karena males berantem, saya sih diem aja.
30 menit telah berlalu. Sang bintang tak juga ada tanda-tanda kemunculannya. Saya mulai gelisah. Melirik arloji. Duuuhhh…
20 menit kemudian, beberapa cameraman dadakan bermunculan. Mulai dari Chief Concierge, RDM, Duty Manager, male reception, GRO hingga FOM, dan beberapa cameraman sungguhan dengan kamera SLR-nya dari pihak penyelenggara acara yang saat itu dari DBL arena, Surabaya. Tapi sang bintang yang ditunggu, belum muncul juga. Saya semakin gelisah.
But finally, sang bintang yang ditunggu-tunggupun datang. Sebuah mobil Alphard vellfire hitam dengan elegan masuk area lobby. Saya sempat deg-degan membayangkan seperti apa “penampakan” si bintang basket ini. Pikiran sayapun langsung melayang membayangkan Yao Ming, pebasket terkenal dari China yang tingginya lebih dari 2 meter. Dan saya perhatikan, memang rata-rata pebasket itu tinggi-tinggi lho.. gak cuma pebasket nasional atau yang internasional, pebasket lokal seperti teman saya dan harajuku juga tinggi. Kadang-kadang saya iri setengah mati kalau pas kebetulan harus foto-foto bareng. Saya yang Cuma 157 ini foto bareng harajuku yang 184? Hahaha… Silahkan ketawa. Memang hasilnya ‘lucu’ sekali! Opppsss…! Kelepasan curhat deh..
Oh ya, nama tamu VVIP yang bintang basket ini, Nate Robinson. Saya Cuma sekali ini mendengar namanya, dan sama sekali belum pernah melihat orangnya. Terbesit juga sedikit khawatir dengan ejekan dari kawan-kawan sekuriti yang mengatakan saya kuntet, takut sekali saya tak bisa mengalungkan bunga ke leher sang bintang karena saya kurang tinggi. Saya jadi kasihan pada diri saya sendiri dan menyesal sekali kenapa juga saya kurang tinggi! Hiks!
Dan sang bintang akhirnya menampakkan dirinya… yang pertama keluar dari mobil elegan tersebut adalah seorang bule bergaya hip hop tinggi besar mengenakan kaus putih, tapi manager saya bilang bukan itu orangnya. Selanjutnya yang keluar, masih seorang pria bule tinggi besar berkulit agak coklat yang senyum-senyum saja. Manager saya lagi-lagi berbisik, bukan dia. OK, saya pun sedikit relax dan mengamati si hip hop dan pria coklat yang smily tadi. Mungkin saking terpesonanya dengan pria hip hop, saya tak memperhatikan pria ketiga yang muncul, sampai manager saya mencolek bahu saya dan memberi aba-aba untuk mengalungkan bunga. Saya berbalik mengengok, sempat kaget tak percaya dengan apa yang saya lihat. Seorang pria kuntet (maaf, maksud saya pendek—kalau dibandingkan dengan 2 pria tadi, tingginya mungkin Cuma 170-an), item dan bajunya kelonggaran, tersenyum kepada saya seolah-olah menunggu acara pengalungan bunga. Saya pun buru-buru mengalungkan bunga kepada sang bintang (yang ternyata tak ada kesulitan sama sekali), kemudian disusul dengan jepretan kamera dimana-mana. Belum sempat rasa takjub saya hilang, dua orang pria bule lainnya datang dan langsung masuk ke body check security sambil… nunduk! OMG, body check kan tingginya 2 meter, kok ya masih nunduk! Lebih heboh lagi saat si bule tinggi banget ini malah berhenti di tengah-tengah body check yang bentuknya kotak itu, sampai kepalanya ‘nongol’ di tengah-tengahnya—mirip jerapah yang dikurung di kandang yang kesempitan. Melihat kami melongo, dia malah ketawa-ketawa setan membahana! Maksud loh..? Rasa shock saya masih belum hilang, saat seorang petugas dari DBL arena iseng-iseng cerita, seakan mengerti akan rasa penasaran saya,
“ Nate Robinson itu memang pendek mbak, tapi lompatannya setinggi 2 meter loohh..” saya pun otomatis ah ooohh.. gak jelas. Lah, yang tinggi-tinggi tadi siapa dongg…?
“ itu sih pelatihnya. Dulu sih pemain basket juga, dari Australia.”
Kali ini bukan ooohh lagi. Tapi glek! Saya keselek.