Seperti hari hari sebelumnya, saya selalu sial ketiban incharge bersama sekuriti lagi. Di lobby lagi. Meskipun dengan orang yang berbeda (kali ini mas-mas tinggi besar yang sepertinya ganteng kalau dilihat dari belakang tapi oh NO! kalau dilihat dari depan—saya tak perlu sabutkan namanya), tetap saja ada hal-hal aneh dan konyol yang mewarnai hari-hari saya. Yah, seperti hari ini.
Mas-mas yang ini memang agak lain, agak kalem dan polos, meskipun sifat “ember”-nya hampir sama dengan satpam (eh, sekuriti) kebanyakan. Bedanya, si mas kalem ini ternyata rasa ingin tahunya lumayan besar, ya...want to know aja gitu orangnya.
So, siang tadi ada seorang bule ostrali yang badannya segede kulkas dua pintu – lagi berdiri di lobby dekat si sekuriti berjaga—si bule lagi nelpon temennya dan suaranya itu looo… kencengnya ampun deh mak—berasa di dunia ini cuma dia aja yang bisa ngomong.
“… what the hell are you doing, Huh?” si Bule makin gak sabaran.
Dan si mas-mas sekuriti timbul deh rasa penasaran dan ingin tahunya.
“Mbak, yang terakhir bule tadi ngomong itu, maksudnya apa?” Dia tanya ke saya.
“Oh, Ok. Ok.” Si mas sekuriti mengangguk-angguk sok ngerti.
And finally temennya bule kulkas dua pintu itu datang. Segede kulkas tiga pintu. Alias ne orang gede banget. Dan suaranya itu, gak kalah menggelegar.
“I’m so sorry, John. There was a fucking traffic jam in front of the plaza.” Si kulkas tiga pintu nyerocos.
Dan si mas sekuriti lagi-lagi nanya sama saya,
“Fucking traffic jam itu apa mbak?” Tanyanya lagi.
Dua bule segede gaban tersebut berlalu sebentar merokok di pojok ruangan, lalu masuk melalui metal detector body check securiti. Pertama, si bule kulkas dua pintu yang lewat, sambil membawa koper milik bule kulkas tiga pintu. Tapi setelah melewati body check, si kulkas dua pintu sepertinya lupa akan sesuatu; meraba-raba saku celananya, saku baju, lalu ke koper yang sedang dibawanya.
0 komentar