Surabaya, 10 tahun yang lalu.
Tanggal 4 lalu, US embassy yang ada di Surabaya merayakan hari kemerdekaan tersebut di hotel tempat saya bekerja. Amerika sudah sangat terkenal sebagai ngara yang paling (rese) ketat soal keamanan. Dan itu artinya sekuriti di hotel akan menjadi jauh lebih rese dari yang sudah-sudah. Jauh-jauh hari sebelumnya, semua staff hotel wajib mengumpulkan fotokopi ktp yang sampai sekarang saya masih kurang jelas tujuan utamanya untuk apa karena tidak adanya edaran resmi atau dibahas di setaiap briefing. Lalu, diadakanlah beberapa meeting khusus dari beberapa bulan sebelumnya hanya untuk untuk event ini. Bahkan, sudah diwanti-wanti jika khusus untuk tanggal ini, semua staff harus full team, alias tidak ada satupun yang diliburkan.
Dan... keresean demi keresean satu persatu mulai saya alami.
Pertama, saat hendak masuk ke loading dock yang harus melalui pintu belakang shopping mall yang lokasinya empet-empetan dengan hotel, banyak polisi yang berjaga-jaga memblok jalan sehingga mau masukpun susah karena jalan yang biasanya dilalui pengguna jalan menuju shopping mall ini cukup ramai dan beberapa ruas jalan di blok. Saya yang saat itu masih ceking saja kesusahan masuk, padahal sepuluh menit lagi saya harus sudah stand by di lobby. Ketar ketir takut terlambat, gara-gara pemblokiran ini saya tertahan sekitar 5 menit.
Sampai di loading dock, beberapa polisi juga terlihat berjaga-jaga di area lot parkir paling dekat hingga ke ruang hand key para karyawan. Mereka berdiri tegap seperti sedang bersiap, membuat saya sedikit senewen. Entah mengapa, karena banyak polisi dimana-mana, saya malah merasa tidak aman. Setelah hand key, mau masukpun tas dan pakaian masih diperiksa sekuriti padahal biasanya saya cuek nyelonong saja. Otomatis, waktu saya yang sudah mepet mau telat jadi molor dan benar-benar mendekati telat. Masuk ke loker, kok ya masih bertemu dengan polisi yang sibuk jalan di koridor. Ampun deh ampun....!
Saat incharge, rupanya hotel sudah berasa jadi markas kedua polisi! Saya lihat mulai dari main gate, parkiran, seantero lobby, ballroom untuk acara inti, semua cafe dan restaurant, pool, dan koridor semua dijaga ketat oleh polisi. Bahkan khusus lantai 27 tempat para diplomat dan ambassador dijaga ketat oleh beberapa polisi dan bodyguard, dan untuk bisa masuk maka siapapun itu (termasuk tamu hotel biasa) harus menunjukkan Id atau tanda pengenal khusus ke petugas.
Selain polisi, saya lihat juga banyak sekali bersliweran sekuriti dari US embassy sendiri yang seragamnya juga coklat (tapi warnanya lebih muda) seperti seragam polisi dan beberapa atributnya yang kurang lebih hampir sama. Bisa dibayangkan, aktivitas hotel yang biasanya ramai, hari itu jauh lebih ramai saking banyaknya staff yang full team dan para petugas luar (sekuriti luar dan polisi) yang berjaga-jaga dan bersliweran kemana-mana. Sekuriti hotel sendiri, saya lihat adem ayem dan tidak begitu terpengaruh dengan acara ini. Mereka masih woles saja, seperti biasa.
Tak hanya di seantero hotel dan pemngawasan bagian internal seperti staff hotel saja yang super ketat, namun penjagaan untuk tamu dari luarpun luar biasa ketatnya. Pertama, akses menuju lobby menjadi traffic karena ketatnya pemeriksaan di main gate. Barang apapun yang masuk ke hotel pun digeledah hingga sampai dalam-dalamnya oleh petugas. Saya sampai tergelak melihat seorang petugas memeriksa buket bunga yang dibawa seorang florist hingga ke sterofoam dan membolak balik bunga hingga ke daun-daunnya! Bisa dimengerti sih sebenarnya, karena gencarnya isu teror bom saat itu, apalagi Amerika representasinya (duta besar dan konsulatnya) seringkali dijadikan target terorisme.
Puncaknya adalah acara penyambutan kedatangan ambassador. Mulai jam 4, semua petinggi hotel termasuk GM sudah bersiap-siap di lobby. 4.15, saat saya seharusnya istirahat, terpaksa harus dipending dulu hingga ambassador datang. Beberapa tamu yang sedang menunggu mobil di lobby bahkan harus di ’pinggir’kan karena benar-benar sterilisasi area lobby khusus ambassador. Wuihhh... and finally guys, jam 4.45 sebuah mobil polisi bak terbuka meraung-raung dan diikuti oleh sebuah mobil Land Cruiser Prado dengan plat bercat putih dan sempat saya perhatikan nopolnya CC xxx. Semua petinggi hotel yang sudah bersiap-siap segera menyambut ambassador yang ternyata seorang ibu-ibu berwajah Asia, mirip orang Indonesia dan seorang bule pria yang terlihat ‘biasa-biasa’ saja menuju ke arah lift ke lantai 27. Padahal saya membayangkan akan ada iring-iringan super panjang yang terdiri dari beberapa mobil polisi dan pejabat keduataan yang kesemuanya bule. Saya sedikit kecewa sih, karena ternyata antiklimaksnya gini doang!
Acaranya sendiri berjalan lancar dan sangat tertutup. Nyaris tak ada staff hotel yang dilibatkan kecuali beberapa butler khusus yang terpilih. Saya yang akhirnya bisa istirahat untuk makan siang harus kembali misuh misuh karena antrean di kantin sudah seperti orang ngantri sembako saking banyaknya staff yang incharge hari itu.
Saat kembali incharge di lobby, seorang tamu saya ‘gatal’ bertanya,
“Kok ramai sekali banyak polisi di depan, ada acara apa ya mbak?”
“4th of July, Bu.” Karena event ini bukan untuk umum, jadi tidak boleh di share secara bebas apalagi untuk tamu yang tidak berkepentingan. Hal inipun sudah berulang-ulang diingatkan dalam briefing. Kami tidak boleh menyebutkan acara apa, hanya boleh menyebutkan forth of July. Ibu-ibu tersebut lalu mengangguk-angguk, dan berlalu.
Pak sekuriti yang sedang incharge sama saya pun tiba-tiba ‘gatal’ juga bertanya sama saya,
“kenapa mbak tadi?”
“fourth of July”, saya jawab dengan malas.
“Uh, gak mesti. Belum tentu tamu tahu apa itu 4 Juli.” Pak sekuriti resek mencibir saya. Seperti biasa memancing pertikaian yang tidak perlu.
Belum juga saya sempat membalas, seorang tamu hotel yang sedang lewat lagi-lagi bertanya ‘ada event apa kok rame banyak polisi’ pada saya. Dan setelah saya jawab fourth of July, si Bapak tamu saya pun otomatis menjawab,
“Oohh... hari kemerdekaan Amerika toh..?”
Tuh kan mas sekuriti.... rasanya di hotel ini hanya kalian saja yang gak tahu 4th of July itu apa!
0 komentar